It's Not How Good You Are, It's How Good You Want to Be

Sudah berulang kali sebenarnya Saya membaca buku kecil ini. Judulnya adalah It's Not How Good You Are, It's How Good You Want to Be. Buku setebal 127 halaman ini ditulis oleh Paul Arden dan diterbitkan pertama kali di tahun 2003.

Diskusi dengan Direktur kantor Saya bekerja hari Jumat yang lalu, mengingatkan Saya untuk membaca ulang buku ini. Buku yang menjabarkan tentang pijakan seberapa bagus kita ingin menjadi sesuatu / seseorang, bukan tentang tentang betapa bagusnya kita saat ini.

Saya baru saja melewati masa percobaan Saya di sebuah institusi internasional. Langkah ke sini merupakan sebuah loncatan buat Saya secara pribadi, karena sebenarnya Saya belum pernah punya pengalaman di tingkat internasional. Di kantor sebelumnya, Saya memang sering berinteraksi dengan klien dari beragam negara, entah itu India, Hongkong, Korea, Singapura ataupun Amerika, tapi tetap saja itu belum bisa dihitung sebagai pengalaman internasional.

Tidak bisa Saya ingkari, bahwa ada rasa sedikit tidak percaya diri ketika Saya memulai langkah Saya di institusi ini. Diantara sesama rekan, Saya adalah yang paling muda pengalaman dan kemampuan.

Tapi beruntungnya, institusi ini dipimpin oleh seseorang yang sangat bijak dalam mendampingi langkah Saya. Direktur yang berkebangsaan Vietnam tersebut selalu mengingatkan dan mendorong Saya untuk bisa maju.

"It's Not How Good You Are, It's How Good You Want to Be," nasehat beliau yang persis sama dengan buku yang sudah berulang kali Saya baca tersebut.

Lanjut ke tataran yang lebih luas, kurang lebih apa yang Saya alami saat ini, adalah apa yang negara Indonesia tercinta ini alami. Beberapa hari yang lalu, cukup tersentak Saya ketika mendengar berita tentang kerusuhan para pekerja lokal dengan pekerja asing yang dipicu oleh ucapan yang merendahkan para pekerja lokal.

Bukan sebuah ucapan yang pantas memang. Tapi jika dikaji lebih lanjut, tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas bangsa ini memang masih kalah good jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang, Singapura, atau bahkan dengan tetangga serumpun Malaysia, yang dulu sempat berbondong-bondong datang dan belajar kepada kita, sekarang mulai melangkah meninggalkan kita. How good Malaysia want to be nyata-nyata lebih good dari kita.

Apakah kita cuma bisa diam mengagumi? Tidak. Kita adalah orang Indonesia yang lahir dari nenek moyang pelaut yang berhasil menakhlukkan perairan manapun di dunia ini. Kita adalah orang Indonesia yang mewarisi semangat juang para pahlawana negeri ini yang berhasil mengusir penjajah dengan bersenjata bambu runcing. Tapi semua good itu akan menjadi tidak berarti, jika kita tidak menyadari diri untuk segera berubah, belajar, dan berjuang keras untuk menjadi yang terbaik.

Saya beruntung memiliki seorang Direktur yang begitu percaya kepada Saya. Saya juga merasa beruntung memiliki kesempatan untuk mengenal seseorang yang bolak balik Indonesia Libya untuk memperjuangkan kemajuan ilmu rekayasa dan konstruksi Indonesia. Saya juga beruntung berteman dekat dengan Raiza Mahardika, yang dengan tekad kuat memutuskan berangkat menakhlukkan negeri Ratu Elizabeth sana. Tidak masalah seberapa good mereka sekarang, tapi yang terutama adalah How good they want to be.

Saya juga akan berusaha untuk memantapkan langkah Saya menjadi yang terbaik. Dan semoga juga dengan Anda, saudara-saudaraku Indonesia. It's not how good we are, terlepas dari semua permasalahan korupsi, kejahatan, kerusuhan dan segala hal negatif di negeri ini, kita harus mulai melangkah untuk menunjukkan how good we want to be. Demi kita, demi Indonesia.

Label:

Minggu, 25 April 2010

pada

1 Komentar:

Blogger Meysha Lestari mengatakan...

:)hampir sama namun sedikit berbeda...
"it's never about what we are, but who we are.."
salam

9 Agustus 2010 pukul 12.34  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda